https://religiousopinions.com
Slider Image

Empat Landasan Perhatian

Perhatian penuh adalah salah satu praktik paling dasar dari agama Buddha. Itu adalah bagian dari Jalan Berunsur Delapan dan merupakan salah satu dari Tujuh Faktor Pencerahan. Dan saat ini sedang trendi. Banyak orang yang tidak memiliki minat khusus pada agama Buddha lainnya telah melakukan meditasi perhatian, dan beberapa psikolog telah mengadopsi teknik perhatian sebagai praktik terapi.

Meskipun ini berhubungan dengan meditasi, Sang Buddha mengajar para pengikutnya untuk melatih perhatian penuh setiap saat. Perhatian penuh dapat membantu kita memahami sifat ilusi dari berbagai hal dan memutuskan ikatan kemelekatan.

Perhatian penuh dalam pengertian Buddhis lebih dari sekadar memperhatikan hal-hal. Ini adalah kesadaran murni yang bebas dari penilaian dan konsep dan referensi diri. Perhatian yang tulus membutuhkan disiplin, dan Sang Buddha menyarankan bekerja dengan empat landasan untuk melatih diri untuk menjadi perhatian.

Keempat fondasi adalah kerangka acuan, biasanya diambil satu per satu. Dengan cara ini, siswa mulai dengan perhatian sederhana pada nafas dan berkembang menjadi perhatian pada segalanya. Keempat fondasi ini sering diajarkan dalam konteks meditasi, tetapi jika latihan harian Anda adalah nyanyian, itu juga bisa berhasil.

Perhatian Tubuh

Landasan pertama adalah perhatian tubuh. Ini adalah kesadaran tubuh sebagai sesuatu yang dialami tubuh seperti napas, daging, dan tulang. Itu bukan tubuh "saya". Ini bukan bentuk yang Anda huni. Hanya ada tubuh.

Sebagian besar latihan kesadaran pengantar fokus pada napas. Ini mengalami nafas dan nafas. Ia tidak memikirkan nafas atau memikirkan gagasan tentang nafas.

Ketika kemampuan untuk mempertahankan kesadaran semakin kuat, praktisi menjadi sadar akan seluruh tubuh. Di beberapa aliran Buddhisme, latihan ini mungkin mencakup kesadaran tentang penuaan dan kematian.

Kesadaran tubuh mulai bergerak. Nyanyian dan ritual adalah kesempatan untuk memperhatikan tubuh saat bergerak, dan dengan cara ini, kita melatih diri kita untuk penuh perhatian ketika kita tidak bermeditasi juga. Di beberapa sekolah para bhiksuni dan biksu telah mempraktikkan seni bela diri sebagai cara untuk membawa fokus meditasi ke dalam gerakan, tetapi banyak kegiatan sehari-hari dapat digunakan sebagai "latihan tubuh."

Mindfulness of Feelings

Landasan kedua adalah perhatian pada perasaan, baik sensasi tubuh maupun emosi. Dalam meditasi, seseorang belajar untuk hanya mengamati emosi dan sensasi datang dan pergi, tanpa penilaian dan tanpa mengidentifikasi dengan mereka. Dengan kata lain, itu bukan perasaan "saya", dan perasaan tidak menentukan siapa Anda. Hanya ada perasaan.

Terkadang ini bisa menjadi tidak nyaman. Apa yang bisa muncul mungkin mengejutkan kita. Manusia kadang-kadang memiliki kapasitas yang luar biasa untuk mengabaikan kecemasan dan kemarahan kita sendiri dan bahkan rasa sakit. Tetapi mengabaikan sensasi yang tidak kita sukai itu tidak sehat. Ketika kita belajar untuk mengamati dan sepenuhnya mengakui perasaan kita, kita juga melihat bagaimana perasaan menghilang.

Mindfulness of Mind

Landasan ketiga adalah perhatian pikiran atau kesadaran. "Pikiran" dalam yayasan ini disebut citta. Ini adalah pikiran yang berbeda dari pikiran yang berpikir atau membuat penilaian. Citta lebih seperti kesadaran atau kesadaran.

Citta kadang-kadang diterjemahkan "hati-pikiran, " karena memiliki kualitas emotif. Ini adalah kesadaran atau kesadaran yang tidak terdiri dari ide-ide. Namun, juga bukan kesadaran murni yang merupakan skandha kelima.

Cara lain untuk berpikir tentang fondasi ini adalah "perhatian pada kondisi mental." Seperti sensasi atau emosi, keadaan pikiran kita datang dan pergi. Terkadang kita mengantuk; terkadang kita gelisah. Kita belajar untuk mengamati keadaan mental kita tanpa perasaan, tanpa penilaian atau pendapat. Ketika mereka datang dan pergi, kami jelas memahami betapa tidak pentingnya mereka.

Perhatian Dharma

Fondasi keempat adalah perhatian dharma. Di sini kita membuka diri untuk seluruh dunia, atau setidaknya dunia yang kita alami.

Dharma adalah kata Sanskerta yang dapat didefinisikan dalam banyak hal. Anda dapat menganggapnya sebagai "hukum kodrat" atau "apa adanya". Dharma dapat merujuk pada doktrin Sang Buddha. Dan dharma dapat merujuk pada fenomena sebagai manifestasi realitas.

Landasan ini kadang-kadang disebut "perhatian terhadap objek mental." Itu karena semua banyak hal di sekitar kita ada untuk kita sebagai objek mental. Mereka adalah apa adanya karena itulah bagaimana kita mengenali mereka.

Di yayasan ini, kami mempraktikkan kesadaran akan keberadaan semua hal. Kami sadar bahwa mereka bersifat sementara, tanpa esensi diri, dan dikondisikan oleh yang lainnya. Ini membawa kita ke doktrin Dependent Origination, yang merupakan cara segala sesuatu saling ada.

Semua Tentang Guru Gobind Singh

Semua Tentang Guru Gobind Singh

Siapakah Hamba yang Menderita?  Yesaya 53 Penafsiran

Siapakah Hamba yang Menderita? Yesaya 53 Penafsiran

Tempat Lilin Kayu Manis Tongkat Yule

Tempat Lilin Kayu Manis Tongkat Yule