Tidak seperti agama terorganisir lainnya, dalam agama Hindu, tidak wajib bagi seseorang untuk mengunjungi kuil. Karena semua rumah Hindu biasanya memiliki kuil kecil atau ruang puja untuk doa sehari-hari, umat Hindu umumnya pergi ke kuil hanya pada kesempatan yang menguntungkan atau selama festival keagamaan. Kuil-kuil Hindu juga tidak memainkan peran penting dalam perkawinan dan pemakaman, tetapi sering kali merupakan tempat pertemuan untuk wacana keagamaan serta religiousbhajan dan kirtans (nyanyian dan nyanyian kebaktian).
Sejarah Kuil
Pada periode Veda, tidak ada kuil. Objek utama ibadah adalah api yang mewakili Tuhan. Api suci ini dinyalakan pada sebuah panggung di udara terbuka di bawah langit, dan persembahan dipersembahkan kepada api. Tidak pasti kapan tepatnya orang Indo-Arya pertama kali mulai membangun kuil untuk ibadah. Skema membangun kuil mungkin bersamaan dengan ide penyembahan berhala.
Lokasi Kuil
Ketika perlombaan berlangsung, bait suci menjadi penting karena mereka berfungsi sebagai tempat pertemuan sakral bagi masyarakat untuk berkumpul dan merevitalisasi energi spiritual mereka. Kuil-kuil besar biasanya dibangun di tempat-tempat yang indah, terutama di tepi sungai, di atas bukit, dan di tepi pantai. Kuil-kuil yang lebih kecil atau kuil terbuka dapat muncul di mana saja - di pinggir jalan atau bahkan di bawah pohon.
Tempat-tempat suci di India terkenal dengan kuil-kuilnya. Kota-kota di India dari Amarnath ke Ayodha, Brindavan ke Banaras, Kanchipuram hingga Kanya Kumari semuanya dikenal karena kuil-kuilnya yang indah.
Arsitektur Kuil
Arsitektur candi Hindu berkembang selama lebih dari 2.000 tahun dan ada banyak variasi dalam arsitektur ini. Kuil Hindu memiliki berbagai bentuk dan ukuran persegi panjang, segi delapan, setengah lingkaran dengan berbagai jenis kubah dan gerbang. Kuil-kuil di India selatan memiliki gaya yang berbeda dari yang ada di India utara. Meskipun arsitektur candi Hindu bervariasi, mereka umumnya memiliki banyak kesamaan.
6 Bagian dari Kuil Hindu
1. Kubah dan Menara: Menara kubah disebut shikhara (puncak) yang mewakili mitologi Meru atau puncak gunung tertinggi. Bentuk kubah bervariasi dari satu daerah ke daerah lain dan menara sering dalam bentuk trisula Siwa.
2. Ruang Dalam: Kamar dalam dari kuil yang disebut garbhagriha atau womb-chamber adalah tempat gambar atau berhala dewa ( murti ) ditempatkan . Di sebagian besar kuil, para pengunjung tidak dapat memasuki garbhagriha, dan hanya para imam kuil yang diizinkan masuk.
3. Aula Kuil: Sebagian besar kuil besar memiliki aula yang diperuntukkan bagi hadirin. Ini juga disebut nata-mandira (aula untuk tarian kuil) di mana, pada zaman dahulu kala, penari wanita atau devadasis digunakan untuk melakukan ritual tarian. Para penyembah menggunakan aula untuk duduk, bermeditasi, berdoa, melantunkan atau menonton para imam melakukan ritual. Aula biasanya didekorasi dengan lukisan para dewa dan dewi.
4. Serambi Depan: Area candi ini biasanya memiliki bel logam besar yang menggantung dari langit-langit. Para penyembah yang memasuki dan meninggalkan teras membunyikan bel ini untuk menyatakan kedatangan dan keberangkatan mereka.
5. Reservoir: Jika candi tidak berada di sekitar badan air alami, sebuah reservoir air segar dibangun di lokasi candi. Air itu digunakan untuk ritual serta untuk menjaga lantai candi bersih atau bahkan untuk mandi ritual sebelum memasuki tempat suci.
6. Jalan setapak : Sebagian besar candi memiliki jalan setapak di sekeliling dinding-dinding kamar dalam untuk perundingan oleh para penyembah di sekitar dewa sebagai tanda penghormatan kepada dewa atau dewi kuil.
Pendeta Kuil
Berbeda dengan swamis yang serba menyimpang, para imam kuil, yang dikenal sebagai panda, pujaris atau purohits, adalah pekerja bergaji, disewa oleh otoritas candi untuk melakukan ritual harian. Secara tradisional mereka berasal dari kasta Brahmana atau imam, tetapi ada banyak imam yang bukan Brahmana. Kemudian ada kuil yang mengatur berbagai sekte dan sekte seperti Shaiva, Vishnava dan Tantriks.